OPTIMISTIS TUMBUH POSITIF di tahun 2022

 

Setelah berhasil melewati tantangan di tahun 2021 dengan hasil yang positif,

industri BPR-BPRS menatap 2022 dengan optimisme tinggi. Likuiditas diprediksi akan menghijau dan BPR-BPRS akan membukukan profit.

Memasuki tahun 2022, ada rasa optimisme tinggi yang menyebar ke seluruh entitas yang ada di industri

BPR-BPRS. Pemicunya adalah petumbuhan ekonomi Indonesia yang ditutup positif di tahun 2021. Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2021 sudah positif setelah di tahun 2020 mencatat pertumbuhan negatif 2,07 persen (year on year). Sebaliknya, di tahun 2021 ekonomi Indonesia bertumbuh. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,69 persen yoy.

Penurunan kasus harian Covid-19 pada kuartal IV-2021 telah memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Mobilitas masyarakat yang mulai berjalan normal di periode September-Desember 2021 memberi pengaruh terhadap pergerakan ekonomi secara signifikan. Sejumlah lembaga pun memproyeksikan bahwa di tahun 2022 kondisi ekonomi Indonesia akan pulih seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di masyarakat akibat dilonggarkannya pembatasan sosial.

Pemerintah sendiri begitu optimistis menyambut 2022 bahwa ekonomi Indonesia akan beranjak naik. Sejurus dengan itu, sejumlah lembaga internasional juga membeberkan data optimis di tahun 2022. Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (IMF) misalnya sudah memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh. Kementerian Keuangan sendiri memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia di 2022 akan naik di kisaran 5,0-5,5 persen.

Sementara Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran angka 4,7-5,5 persen. Bahkan di pengujung 2021 yang lalu, Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto merilis prediksinya bahwa tahun 2022 ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5,2 persen. “Tahun 2022 harusnya dijadikan momentum bagi industri BPR-BPRS menatap masa depan Indonesia yang lebih baik,” kata Joko. Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) sendiri optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi dan bisnis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah akan melesat di 2022. Sementara itu ekonom senior Ryan Kiryanto, jauh-jauh hari juga sudah mengungkapkan optimisme terhadap ekonomi Indonesia di tahun 2022. Katanya di tahun 2022 Indonesia akan take off ke era kenormalan baru. Apa yang terjadi di global, akan berimplikasi pada ekonomi serta industri keuangan Indonesia dan tentunya ke industri BPR-BPRS.

Meski belum 100 persen Indonesia selesai menghadapi pandemi, namun nilai Purchasing Managers Index hampir di seluruh negara berada di atas 50 merupakan kabar baik. Dan itu merupakan sinyal masuk di zona ekspansi. Seperti diketahui bahwa Purchasing Managers Index merupakan alat ukur untuk mendeteksi ekonomi suatu negara. “Posisi Indonesia per Oktober di angka 57. Artinya pada kuartal keempat perekonomian Indonesia sedang bergairah dan ini pararel dengan angka kasus Covid-19 harian yang menurun jauh,” ujar Ryan dalam Seminar Nasional Virtual Perbarindo tentang Outlook 2022.

“Pada kuartal keempat perekonomian Indonesia sedang bergairah dan ini pararel dengan angka kasus Covid-19 harian yang menurun jauh,” (Ryan Kiryanto, Ekonom Senior).

Sejak awal tahun 2022 memang ekonomi Indonesia kembali terlihat bergairah. Jalanjalan mulai terlihat macet yang berarti aktivitas masyarakat sudah berangsur normal. Sementara di sektor perbankan, lanjutnya, likuiditas akan menghijau. Itu artinya semuanya membukukan profit karena risiko kredit juga sudah bisa dimanage serta likuiditas sangat memadai. Sementara untuk industri BPR-BPRS, Ryan menilai bahwa tidak ada masalah di likuiditas. “Semuanya on track dan berada di posisi recovery,” kata Ryan.

MENYIKAPI 2022

Pemerintah sudah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 berkisar di angka 4,7%-5,5%. Hanya saja, masyarakat perlu berhati-hati dan agile adaptation di setiap waktu guna merespons kondisi terkini. Termasuk juga kondisi penyebaran virus Omicron yang saat ini masih menghantui.

Sementara itu regulasi-regulasi dari regulator dan pemerintah yang akan keluar sepanjang tahun 2022, patut dicermati. Terutama terkait kebijakan relaksasi penanganan kredit bermasalah countercyclical, POJK Nomor 17 dan POJK Nomor 18 yang diperpanjang sampai dengan tahun 2023. Hal ini juga menandakan ada indikasi kondisi ekonomi belum stabil sepanjang tahun 2022 yang membayangbayangi optimisme pertumbuhan ekonomi yang dibangun oleh pemerintah.

Mengutip statement Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka perbankan perlu memperkuat struktur dan keunggulan kompetitif, melakukan tranformasi digital dalam merespons kebutuhan nasabah, penguatan peran perbankan dalam perekonomian di daerah dan nasional serta penguatan pengaturan, perizinan dan pengawasan. Hal ini akan tercipta jika dibangun melalui leadership dan kemampuan change agent dari para pimpinan, meningkatkan kemampuan dan kompetensi SDM melalui pendidikan atau pelatihan, serta peningkatan infrastruktur teknologi dan berkolaborasi guna menjawab tantangan di tahun 2022.

Terkait dengan hal tersebut, Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto mengingatkan kepada seluruh anggot Perbarindo untuk meningkatkan kualitas SDM BPR-BPRS agar mampu bersaing di era teknologi digital. Oleh karenanya Joko mengajak agar pemilik dan pengelola BPRBPRS menyediakan dan meningkatkan infrastruktur di bidang teknologi informasi. “Perbarindo mengimbau kepada seluruh BPR-BPRS agar tetap fokus dalam mengelola BPR-BPRS. Persaingan ke depan akan semakin berat jika industri ini tidak didukung oleh SDM dan teknologi informasi yang memadai. Penting pula untuk melakukan transformasi yang berorientasi pada keinginan pasar. Termasuk mulai mempertimbangkan segmen milenial di pelayanan BPR-BPRS,” imbuh Joko.

Share your thoughts